MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW TIPE II
Disusun untuk Memenuhi Salah
Satu Tugas Matakuliah Pendidikan Matematika 2
Dosen Pengampu : M.A. Amelia,
M.Pd.
Disusun Oleh :
1.
Rigia Tirza H (131134134)
2.
Widi Astuti (131134208)
3.
Regina Ari S (131134221)
4.
L. Desy
Nakaryaswari (131134222)
5.
Bernadeta Cahya AM (131134233)
6.
Nurmitasari (131134235)
4A
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tidak dapat dipungkiri bahwa saat ini kegiatan
pembelajaran sangat tergantung pada strategi-strategi pembelajaran dan model
pembelajaran yang kreatif dan inovatif guna menarik minat siswa untuk aktif
mengikuti kegiatan yang sudah direncanakan. Perkembangan ilmu pengetahuan yang
dapat dikatakan cukup pesat, mendorong munculnya berbagai bentuk pemikiran dan
gagasan luar biasa di dalam dunia pendidikan. Begitu pula dalam strategi
pembelajaran dan model pembelajaran yang semakin berkembang seiring dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan perkembangan teknologi yang mendukung adanya
peningkatan sumber daya manusia yang semakin memiliki kualitas yang tinggi.
Dalam penerapannya, berbagai macam strategi dan model pembelajaran yang sudah dikembangkan
saat ini tentu saja memiliki berbagai kelebihan maupun kekurangan yang masih
dapat diperbaiki dan dikembangkan. Untuk itu sebagai pendidik adalah penting
memilih dan menerapkan model pembelajaran yang akan digunakan dalam kegiatan
belajar mengajar, guna meningkatkan pemahaman siswa. Sehingga nantinya, dengan
model pembelajaran yang dipilih dapat mengefektifkan kegiatan pembelajaran yang
dilaksanakan. Dalam makalah ini penulis akan menyampaikan sedikit mengenai model
pembelajaran Jigsaw Tipe II dan mengintegrasikannya dalam pembelajaran
matematika dengan materi pecahan.
B. Rumusan masalah
1.
Apa yang dimaksud
dengan model pembelajaran Jigsaw?
2.
Bagaimana
langkah-langkah model pembelajaran Jigsaw Tipe II?
3.
Apa saja kelebihan
dan kekurangan model pembelajaran Jigsaw?
C. Tujuan
1.
Untuk mengetahui
pengertian model pembelajaran Jigsaw
2.
Untuk mengetahui
langkah-langkah model pembelajaran Jigsaw Tipe II
3.
Untuk mengetahui
kelebihan dan kekurangan model pembelajaran Jigsaw
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Model
Pembelajaran Jigsaw
Jigsaw adalah tipe pembelajaran kooperatif yang
dikembangkan oleh Elliot Aronson’s. Model pembelajaran ini didesain untuk
meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan
juga pembelajaran orang lain. Arti Jigsaw dalam bahasa Inggris adalah gergaji
ukir dan ada juga yang menyebutnya dengan istilah puzzele yaitu sebuah
teka-teki menyusun potongan gambar. Pembelajaran kooperatif model jigsaw ini
mengambil pola cara kerja sebuah gergaji (zig zag), yaitu siswa melakukan suatu
kegiatan belajar dengan cara bekerja sama dengan siswa lain untuk mencapai
tujuan bersama. Pada dasarnya, dalam model ini guru membagi satuan informasi
yang besar menjadi komponen-komponen yang lebih kecil. Selanjutnya guru membagi
siswa ke dalam kelompok belajar kooperatif yang terdiri dari empat orang siswa
sehingga setiap anggota bertanggung jawab terhadap penguasaan setiap
komponen/subtopik yang ditugaskan guru dengan sebaik-baiknya.
Model pembelajaran kooperatif model jigsaw adalah sebuah
model belajar kooperatif yang menitikberatkan pada kerja kelompok siswa dalam
bentuk kelompok kecil. Pembelajaran kooperatif model jigsaw ini merupakan model
belajar kooperatif dengan cara siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri
dari 4-6 orang secara heterogen dan siswa bekerja sama saling ketergantungan
positif dan bertanggung jawab secara mandiri. Dalam model kooperatif jigsaw ini
siswa memiliki banyak kesempatan untuk mengemukakan pendapat dan mengolah
informasi yang didapat dan dapat meningkatkan keterampilan komunikasi.
B.
Langkah-Langkah Model Pembelajaran Jigsaw Tipe II
Jigsaw tipe II
Jigsaw tipe II dikembangkan oleh Slavin dengan sedikit
perbedaan. Dalam belajar kooperatif tipe jigsaw, secara umum siswa
dikelompokkan secara heterogen dalam kemampuan. Siswa diberi materi yang baru
atau pendalaman dari materi sebelumnya untuk dipelajari. Masing-masing anggota
kelompok secara acak ditugaskan untuk menjadi ahli (expert) pada suatu aspek
tertentu dari materi tersebut. Setelah membaca dan mempelajari materi, “ahli”
dari kelompok berbeda berkumpul untuk mendiskusikan topik yang sama dari
kelompok lain sampai mereka menjadi “ahli” di konsep yang ia pelajari. Kemudian
kembali ke kelompok semula untuk mengajarkan topik yang mereka kuasai kepada teman
sekelompoknya. Terakhir diberikan tes atau assessment yang lain pada semua
topik yang diberikan.
Model pembelajara jigsaw tipe II sudah dikembangkan oleh
Slavin. Ada perbedaan mendasar anatara pembelajaran jigsaw I dan jigsaw II, pada
tipe I, awalnya siswa hanya belajar konsep tertentu yang akan menjadi
spesialisasinya sementara konsep-konsep yang lain ia dapatkan melalui diskusi
dengan teman segrupnya. Pada tipe II ini setiap siswa memperoleh kesempatan
belajar secara keseluruhan konsep (scan read) sebelum ia belajar
spesialisasinya untuk menjadi expert. Hal ini untuk memperoleh gambaran
menyeluruh dari konsep yang akan dibicarakan.
Langkah-langkah pembelajaran dengan Jigsaw II
a. Orientasi
Pemdidik menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan
diberikan. Memberikan penekanan tentang manfaat penggunaan metode Jigsaw dalam
proses belajar mengajar. Peserta didik diminta belajar konsep secara
keseluruhan untuk memperoleh gambaran keseluruhan dari konsep.
b. Pengelompokkan
Pendidik akan membagi kelas dalam beberapa kelompok yang
tiap kelompoknya terdiridari siswa yang heterogen. Yang dimaksud heterogen
dalam hal ini adalah perbedaan kemampuan dalam diri siswa. Berilah indeks untuk
tiap-tiap siswa, misalnya:
Tiap grup akan berisi
Group A {A1, A2, A3, A4}
Group B {B1, B2, B3, B4}
Group C {C1, C2, C3, C4}
Group D {D1, D2, D3, D4}
c. Pembentukkan dan Pembinaan kelompok expert
Selanjutnya kelompok tersebut dipecah menjadi kelompok
yang akan mempelajari materi yang kita berikan dan dibina supaya menjadi
expert, berdasarkan indeksnya.
Kelompok 1 {A1, B1, C1, D1}
Kelompok 2 {A2, B2, C2, D2}
Kelompok 3 {A3, B3, C3, D3}
Kelompok 4 {A4, B4,C4, D4}
Tiap kelompok diberi konsep materi yang berbeda sesuai
dengan tingkat kemampuan siswa. Misalnya kelompok 1 mendapat materi tentang pengurangan
pecahan, kelompok 2 mendapat materi tentang penjumlahan pecahan, kelompok 3
mendapat materi tentang pembagian pecahan, dan kelompok 4 mendapat materi
tentang perkalian pecahan. Setiap kelompok diharapkan bisa belajar topik yang
diberikan dengan sebaik-baiknya sebelum ia kembali ke dalam grup sebagai tim
ahli “expert”, tentunya peran pendidik cukup penting dalam fase ini.
d. Diskusi (pemaparan) kelompok ahli dalam grup
Expertist (peserta didik ahli) dalam konsep tertentu ini,
masing-masing kembali dalam grup semula. Pada fase ini keempat grup memiliki
ahli dalam konsep-konsep tertentu. Selanjutnya pendidik mempersilakan anggota
grup utnuk mempresentasikan keahliannya kepada grupnya masing-masing satu
persatu. Proses ini diharapkan akan terjadi sharing pengetahuan antara mereka.
Aturan dalam fase ini adalah:
-
Siswa memiliki
tanggungjawab untuk memastikan bahwa setiap anggota tim mempelajarai materi
yang diberikan.
-
Memperoleh
pengetahuan baru adalah tanggungjawab bersama, jadi tidak ada yang selesai belajar
sampai setiap anggota menguasai konsep.
-
Tanyakan pada
anggota grup sebelum bertanya pada pendidik.
-
Diskusi dilakukan
secara pelan agar tidak mengganggu grup lain.
-
Akhiri diskusi
dengan “merayakannya” agar memperoleh kepuasan.
e. Tes (Penilaian)
Pada fase ini guru memberikan tes tulis untuk dikerjakan
oleh siswa yang memuat seluruh konsep yang didiskusikan. Pada tes ini siswa
tidak diperkenankan untuk bekerjasama.
f. Pengakuan Kelompok
Setiap siswa dapat memberikan kontribusi poin maksimum
pada kelompoknya dalam sistem skor kelompok. Siswa memperoleh skor untuk
kelompoknya didasarkan pada skor kuis mereka melampaui skor dasar mereka.
C.
Kelebihan Dan Kekurangan Model Pembelajaran Jigsaw
Kelebihan
a.
Mempermudah
pekerjaan guru dalam mengajar, karena sudah ada kelompok ahli yang bertugas
menjelaskan materi kepada rekan-rekannya.
b.
Pemerataan
penguasaan materi dapat dicapai dalam waktu yang lebih singkat.
c.
Metode pembelajaran
ini dapat melatih siswa untuk lebih aktif dalam berbicara dan berpendapat.
Kelemahan
a. Prinsip utama dalam pembelajaran ini adalah ‘peer
teaching’, pembelajaran oleh teman sendiri, ini akan menjadi kendala karena
perbedaan persepsi dalam memahami konsep yang akan didiskusikan bersama siswa
lain.
b. Pembelajaran akan menjadi kurang efektif apabila siswa
tidak memiliki rasa percaya diri dalam berdiskusi menyampaikan materi pada
teman.
c. Record siswa tentang nilai, kepribadian, perhatian siswa
harus sudah dimiliki oleh guru dan biasanya butuh waktu yang sangat lama untuk
mengenali tipe-tipe siswa dalam kelas tersebut.
d. Butuh waktu yang cukup dan persiapan yang matang sebelum
model pembelajaran ini bisa berjalan dengan baik.
e. Aplikasi metode ini pada kelas yang lebih besar (lebih
dari 40 siswa) sangatlah sulit.
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan
Model pembelajaran kooperatif model jigsaw adalah sebuah
model belajar kooperatif yang menitikberatkan pada kerja kelompok siswa dalam
bentuk kelompok kecil. Pembelajaran kooperatif model jigsaw ini merupakan model
belajar kooperatif dengan cara siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri
dari 4-6 orang secara heterogen dan siswa bekerja sama saling ketergantungan
positif dan bertanggung jawab secara mandiri. Langkah-langkah model
pembelajaran Jigsaw Tipe II : Orientasi, pengelompokan, pembentukkan dan
pembinaan kelompok expert, diskusi kelompok ahli dalam grup, Tes (penilaian),
dan pengakuan kelompok. Kelebihan model pembelajaran Jigsaw antara lain
mempermudah pekerjaan guru dalam mengajar, karena sudah ada kelompok ahli yang
bertugas menjelaskan materi kepada rekan-rekannya, pemerataan penguasaan materi
dapat dicapai dalam waktu yang lebih singkat, metode pembelajaran ini dapat
melatih siswa untuk lebih aktif dalam berbicara dan berpendapat. Sedangkan
kekurangannya adalah Prinsip utama dalam pembelajaran ini adalah ‘peer
teaching’, pembelajaran oleh teman sendiri, ini akan menjadi kendala karena
perbedaan persepsi dalam memahami konsep yang akan didiskusikan bersama siswa
lain. Pembelajaran akan menjadi kurang efektif apabila siswa tidak memiliki
rasa percaya diri dalam berdiskusi menyampaikan materi pada teman. Record siswa
tentang nilai, kepribadian, perhatian siswa harus sudah dimiliki oleh guru dan
biasanya butuh waktu yang sangat lama untuk mengenali tipe-tipe siswa dalam
kelas tersebut. Butuh waktu yang cukup dan persiapan yang matang sebelum model
pembelajaran ini bisa berjalan dengan baik. Aplikasi metode ini pada kelas yang
lebih besar (lebih dari 40 siswa) sangatlah sulit.
Daftar Pustaka
Rusman. 2010. Model-Model
Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: RajaGrafindo
Persada.
Trianto. 2009. Mendesain
Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Prenada Media.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar