Kamis, 28 Mei 2015

Makalah Model Pembelajaran Jigsaw II



MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW TIPE II
Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Matakuliah Pendidikan Matematika 2
Dosen Pengampu : M.A. Amelia, M.Pd.


Disusun Oleh :
1.   Rigia Tirza H                     (131134134)
2.   Widi Astuti                       (131134208)
3.   Regina Ari S                     (131134221)
4.   L. Desy Nakaryaswari      (131134222)
5.   Bernadeta Cahya AM       (131134233)
6.   Nurmitasari                       (131134235)
4A

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2015


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Tidak dapat dipungkiri bahwa saat ini kegiatan pembelajaran sangat tergantung pada strategi-strategi pembelajaran dan model pembelajaran yang kreatif dan inovatif guna menarik minat siswa untuk aktif mengikuti kegiatan yang sudah direncanakan. Perkembangan ilmu pengetahuan yang dapat dikatakan cukup pesat, mendorong munculnya berbagai bentuk pemikiran dan gagasan luar biasa di dalam dunia pendidikan. Begitu pula dalam strategi pembelajaran dan model pembelajaran yang semakin berkembang seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan perkembangan teknologi yang mendukung adanya peningkatan sumber daya manusia yang semakin memiliki kualitas yang tinggi. Dalam penerapannya, berbagai macam strategi dan model pembelajaran yang sudah dikembangkan saat ini tentu saja memiliki berbagai kelebihan maupun kekurangan yang masih dapat diperbaiki dan dikembangkan. Untuk itu sebagai pendidik adalah penting memilih dan menerapkan model pembelajaran yang akan digunakan dalam kegiatan belajar mengajar, guna meningkatkan pemahaman siswa. Sehingga nantinya, dengan model pembelajaran yang dipilih dapat mengefektifkan kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan. Dalam makalah ini penulis akan menyampaikan sedikit mengenai model pembelajaran Jigsaw Tipe II dan mengintegrasikannya dalam pembelajaran matematika dengan materi pecahan.

B.     Rumusan masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan model pembelajaran Jigsaw?
2.      Bagaimana langkah-langkah model pembelajaran Jigsaw Tipe II?
3.      Apa saja kelebihan dan kekurangan model pembelajaran Jigsaw?


C.     Tujuan
1.      Untuk mengetahui pengertian model pembelajaran Jigsaw
2.      Untuk mengetahui langkah-langkah model pembelajaran Jigsaw Tipe II
3.      Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan model pembelajaran Jigsaw


BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian  Model Pembelajaran Jigsaw
Jigsaw adalah tipe pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Elliot Aronson’s. Model pembelajaran ini didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Arti Jigsaw dalam bahasa Inggris adalah gergaji ukir dan ada juga yang menyebutnya dengan istilah puzzele yaitu sebuah teka-teki menyusun potongan gambar. Pembelajaran kooperatif model jigsaw ini mengambil pola cara kerja sebuah gergaji (zig zag), yaitu siswa melakukan suatu kegiatan belajar dengan cara bekerja sama dengan siswa lain untuk mencapai tujuan bersama. Pada dasarnya, dalam model ini guru membagi satuan informasi yang besar menjadi komponen-komponen yang lebih kecil. Selanjutnya guru membagi siswa ke dalam kelompok belajar kooperatif yang terdiri dari empat orang siswa sehingga setiap anggota bertanggung jawab terhadap penguasaan setiap komponen/subtopik yang ditugaskan guru dengan sebaik-baiknya.
Model pembelajaran kooperatif model jigsaw adalah sebuah model belajar kooperatif yang menitikberatkan pada kerja kelompok siswa dalam bentuk kelompok kecil. Pembelajaran kooperatif model jigsaw ini merupakan model belajar kooperatif dengan cara siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang secara heterogen dan siswa bekerja sama saling ketergantungan positif dan bertanggung jawab secara mandiri. Dalam model kooperatif jigsaw ini siswa memiliki banyak kesempatan untuk mengemukakan pendapat dan mengolah informasi yang didapat dan dapat meningkatkan keterampilan komunikasi.



B.     Langkah-Langkah Model Pembelajaran Jigsaw Tipe II
Jigsaw tipe II
Jigsaw tipe II dikembangkan oleh Slavin dengan sedikit perbedaan. Dalam belajar kooperatif tipe jigsaw, secara umum siswa dikelompokkan secara heterogen dalam kemampuan. Siswa diberi materi yang baru atau pendalaman dari materi sebelumnya untuk dipelajari. Masing-masing anggota kelompok secara acak ditugaskan untuk menjadi ahli (expert) pada suatu aspek tertentu dari materi tersebut. Setelah membaca dan mempelajari materi, “ahli” dari kelompok berbeda berkumpul untuk mendiskusikan topik yang sama dari kelompok lain sampai mereka menjadi “ahli” di konsep yang ia pelajari. Kemudian kembali ke kelompok semula untuk mengajarkan topik yang mereka kuasai kepada teman sekelompoknya. Terakhir diberikan tes atau assessment yang lain pada semua topik yang diberikan.
Model pembelajara jigsaw tipe II sudah dikembangkan oleh Slavin. Ada perbedaan mendasar anatara pembelajaran jigsaw I dan jigsaw II, pada tipe I, awalnya siswa hanya belajar konsep tertentu yang akan menjadi spesialisasinya sementara konsep-konsep yang lain ia dapatkan melalui diskusi dengan teman segrupnya. Pada tipe II ini setiap siswa memperoleh kesempatan belajar secara keseluruhan konsep (scan read) sebelum ia belajar spesialisasinya untuk menjadi expert. Hal ini untuk memperoleh gambaran menyeluruh dari konsep yang akan dibicarakan.
Langkah-langkah pembelajaran dengan Jigsaw II
a.       Orientasi
Pemdidik menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan diberikan. Memberikan penekanan tentang manfaat penggunaan metode Jigsaw dalam proses belajar mengajar. Peserta didik diminta belajar konsep secara keseluruhan untuk memperoleh gambaran keseluruhan dari konsep.
b.      Pengelompokkan
Pendidik akan membagi kelas dalam beberapa kelompok yang tiap kelompoknya terdiridari siswa yang heterogen. Yang dimaksud heterogen dalam hal ini adalah perbedaan kemampuan dalam diri siswa. Berilah indeks untuk tiap-tiap siswa, misalnya:
Tiap grup akan berisi
Group A {A1, A2, A3, A4}
Group B {B1, B2, B3, B4}
Group C {C1, C2, C3, C4}
Group D {D1, D2, D3, D4}
c.       Pembentukkan dan Pembinaan kelompok expert
Selanjutnya kelompok tersebut dipecah menjadi kelompok yang akan mempelajari materi yang kita berikan dan dibina supaya menjadi expert, berdasarkan indeksnya.
Kelompok 1 {A1, B1, C1, D1}
Kelompok 2 {A2, B2, C2, D2}
Kelompok 3 {A3, B3, C3, D3}
Kelompok 4 {A4, B4,C4, D4}
Tiap kelompok diberi konsep materi yang berbeda sesuai dengan tingkat kemampuan siswa. Misalnya kelompok 1 mendapat materi tentang pengurangan pecahan, kelompok 2 mendapat materi tentang penjumlahan pecahan, kelompok 3 mendapat materi tentang pembagian pecahan, dan kelompok 4 mendapat materi tentang perkalian pecahan. Setiap kelompok diharapkan bisa belajar topik yang diberikan dengan sebaik-baiknya sebelum ia kembali ke dalam grup sebagai tim ahli “expert”, tentunya peran pendidik cukup penting dalam fase ini.
d.      Diskusi (pemaparan) kelompok ahli dalam grup
Expertist (peserta didik ahli) dalam konsep tertentu ini, masing-masing kembali dalam grup semula. Pada fase ini keempat grup memiliki ahli dalam konsep-konsep tertentu. Selanjutnya pendidik mempersilakan anggota grup utnuk mempresentasikan keahliannya kepada grupnya masing-masing satu persatu. Proses ini diharapkan akan terjadi sharing pengetahuan antara mereka. Aturan dalam fase ini adalah:
-          Siswa memiliki tanggungjawab untuk memastikan bahwa setiap anggota tim mempelajarai materi yang diberikan.
-          Memperoleh pengetahuan baru adalah tanggungjawab bersama, jadi tidak ada yang selesai belajar sampai setiap anggota menguasai konsep.
-          Tanyakan pada anggota grup sebelum bertanya pada pendidik.
-          Diskusi dilakukan secara pelan agar tidak mengganggu grup lain.
-          Akhiri diskusi dengan “merayakannya” agar memperoleh kepuasan.
e.       Tes (Penilaian)
Pada fase ini guru memberikan tes tulis untuk dikerjakan oleh siswa yang memuat seluruh konsep yang didiskusikan. Pada tes ini siswa tidak diperkenankan untuk bekerjasama.
f.       Pengakuan Kelompok
Setiap siswa dapat memberikan kontribusi poin maksimum pada kelompoknya dalam sistem skor kelompok. Siswa memperoleh skor untuk kelompoknya didasarkan pada skor kuis mereka melampaui skor dasar mereka.

C.    Kelebihan Dan Kekurangan Model Pembelajaran Jigsaw
Kelebihan
a.    Mempermudah pekerjaan guru dalam mengajar, karena sudah ada kelompok ahli yang bertugas menjelaskan materi kepada rekan-rekannya.
b.   Pemerataan penguasaan materi dapat dicapai dalam waktu yang lebih singkat.
c.    Metode pembelajaran ini dapat melatih siswa untuk lebih aktif dalam berbicara dan berpendapat.
Kelemahan
a.       Prinsip utama dalam pembelajaran ini adalah ‘peer teaching’, pembelajaran oleh teman sendiri, ini akan menjadi kendala karena perbedaan persepsi dalam memahami konsep yang akan didiskusikan bersama siswa lain.
b.      Pembelajaran akan menjadi kurang efektif apabila siswa tidak memiliki rasa percaya diri dalam berdiskusi menyampaikan materi pada teman.
c.       Record siswa tentang nilai, kepribadian, perhatian siswa harus sudah dimiliki oleh guru dan biasanya butuh waktu yang sangat lama untuk mengenali tipe-tipe siswa dalam kelas tersebut.
d.      Butuh waktu yang cukup dan persiapan yang matang sebelum model pembelajaran ini bisa berjalan dengan baik.
e.       Aplikasi metode ini pada kelas yang lebih besar (lebih dari 40 siswa) sangatlah sulit.



BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Model pembelajaran kooperatif model jigsaw adalah sebuah model belajar kooperatif yang menitikberatkan pada kerja kelompok siswa dalam bentuk kelompok kecil. Pembelajaran kooperatif model jigsaw ini merupakan model belajar kooperatif dengan cara siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang secara heterogen dan siswa bekerja sama saling ketergantungan positif dan bertanggung jawab secara mandiri. Langkah-langkah model pembelajaran Jigsaw Tipe II : Orientasi, pengelompokan, pembentukkan dan pembinaan kelompok expert, diskusi kelompok ahli dalam grup, Tes (penilaian), dan pengakuan kelompok. Kelebihan model pembelajaran Jigsaw antara lain mempermudah pekerjaan guru dalam mengajar, karena sudah ada kelompok ahli yang bertugas menjelaskan materi kepada rekan-rekannya, pemerataan penguasaan materi dapat dicapai dalam waktu yang lebih singkat, metode pembelajaran ini dapat melatih siswa untuk lebih aktif dalam berbicara dan berpendapat. Sedangkan kekurangannya adalah Prinsip utama dalam pembelajaran ini adalah ‘peer teaching’, pembelajaran oleh teman sendiri, ini akan menjadi kendala karena perbedaan persepsi dalam memahami konsep yang akan didiskusikan bersama siswa lain. Pembelajaran akan menjadi kurang efektif apabila siswa tidak memiliki rasa percaya diri dalam berdiskusi menyampaikan materi pada teman. Record siswa tentang nilai, kepribadian, perhatian siswa harus sudah dimiliki oleh guru dan biasanya butuh waktu yang sangat lama untuk mengenali tipe-tipe siswa dalam kelas tersebut. Butuh waktu yang cukup dan persiapan yang matang sebelum model pembelajaran ini bisa berjalan dengan baik. Aplikasi metode ini pada kelas yang lebih besar (lebih dari 40 siswa) sangatlah sulit.

Daftar Pustaka
Rusman. 2010. Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Prenada Media.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar