KONSEP
EVALUASI PEMBELAJARAN JENIS TES “MENJODOHKAN (MATCHING)”
Dosen
Pengampu Laurensia Aptik Evanjeli, M.A.
Disusun oleh :
Rahmawati S (131134055)
Mega Widyasanti (131134230)
Nurmitasari (131134235)
Apri Mariana (131134246)
4 A
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2015
A. Definisi dan karakteristik tipe monjodohkan
Butir soal tipe menjodohkan termasuk dalam jenis tes objektif. Tes ini ditulis
dalam dua kolom. Kolom
pertama merupakan pokok soal, sedangkan kolom kedua merupakan kolom jawaban. Masing-masing
pertanyaan mempunyai jawabannya yang tercantum dalam kolom jawaban. Seri jawaban harus lebih banyak dari pertanyaan. Tugas
peserta tes adalah menjodohkan pernyataan di bawah kolom premis dengan
pernyataan yang ada di kolom jawaban.
B. Kelebihan dan kelemahan tipe
menjodohkan
Kelebihan tes tipe menjodohkan antara lain :
1)
Baik
untuk menguji hasil belajar yang berhubungan dengan pengetahuan istilah,
definisi, peristiwa atau penanggalan.
2)
Dapat
menguji kemampuan menghubungkan dua hal, baik yang berhubungan langsung maupun
tidak langsung.
3)
Mudah
dalam penyusunan sehingga guru dalam waktu yang tidak terlalu lama dapat
menyusun sejumlah butir soal yang cukup untuk menguji satu pokok bahasan
tertentu.
4)
Dapat
digunakan untuk seluruh mata pelajaran yang diuji. Dengan demikian perangkat
soal yang menggunakan tipe ini lebih merata dan keseluruhan pokok bahasan dan
sub-pokok bahasan dapat terwakili secara memadai.
5)
Mudah
diskor, seperti semua butir soal tes objektif lainnya, butir soal tipe
menjodohkan ini pun dapat diskor tanpa dipengaruhi subjektivitas guru.
Kelemahan tes tipe menjodohkan antara lain :
1)
Tes
ini terlalu mengandalkan pada pengujian aspek ingatan.
2)
Kata kunci sulit untuk dihindarkan.
3)
Pertanyaan-pertanyaannya
terbatas hanya untuk mengenali pemahaman yang sederhana.
4)
Kurang
dapat dipakai untuk mengukur penguasaan yang bersifat pengertian dan kemampuan
membuat tafsiran.
C.
Prinsip-prinsip pembuatan dan
penulisan item tes menjodohkan
1.
Kata-kata
dalam terjodoh
(premise) dan penjodoh (response) masing-masing harus homogen dan disusun dalam
satu kelompok tersendiri.
2.
Jumlah
option yang dipakai tidak kurang dari 5
dan tidak lebih dari 15.
3.
Premis
harus dirumuskan dengan kejelasan yang maksimum dan mudah dipahami peserta
ujian. Premis diletakan di sebelah kiri dan jawaban di sebelah kanan. Untuk
memudahkan penskoran, garis kosong untuk jawaban di letakkan di depan premis.
4.
Pilihan
jawaban harus disusun secara alfabetis atau kronologis. Jika jawaban itu diatur
sedemikian, siswa-siswa yang mengetahui jawaban dapat melokalisasinya dalam
daftar jawaban dalam waktu yang minim tanpa sering membaca ulang daftar itu.
5.
Petunjuk
yang diberikan harus jelas menunjukkan dasar cara menjawab.
6.
Semua
pilihan untuk tiap pasangan menjodohkan harus dicetak dalam satu halaman. Siswa
mungkin akan menjadi bingung jika sebagian dari pilihan terdapat pada halaman
lain. Dalam hal ini tugas membaca soal-soal tes itu menjadi sangat kompleks.
7.
Jumlah
jawaban harus banyak dari jumlah premis dalam satu perangkat, atau satu jawaban
dapat melayani beberapa premis. Jika jumlah premis dan jawaban yang sama
banyaknya, siswa akan mencoreng jawaban yang sudah dipakai lalu menerka jawaban
yang sudah dipakai lalu menerka jawaban untuk premis yang masih tinggal
8.
Seri pertanyaan-pertanyaan dalam
matching test hendaknya tidak lebih dari sepuluh soal (item). Sebab
pertanyaan-pertanyaan yang banyak itu akan membingungkan murid. Juga
kemungkinan akan mengurangi homogenitas antara item-item itu. Jika itemnya
cukup banyak, lebih baik dijadikan dua seri.
9.
Hendaknya kumpulan soal diletakkan di
sebelah kiri sedangkan jawabannya di sebelah kanan.
10. Gunakan
kalimat yang singkat dan langsung terarah pada pokok persoalan.
D.
Contoh SK dan KD
menggunakan alat evaluasi tipe Menjodohkan
Standar Kompetensi :
1. Memahami
hubungan antara struktur organ tubuh manusia dengan fungsinya serta
pemeliharaannya.
Kompetensi Dasar :
1.3.Mendeskripsikan hubungan antara struktur panca
indra dengan fungsinya.
Contoh
soal :
Di bawah ini
terdapat dua kolom, yaitu kolom A dan kolom B. Kolom A memuat fungsi bagian
panca indera dan kolom B memuat bagian-bagian panca indera. Pasangkanlah
pertanyaan yang terdapat pada kolom A dengan jawaban yang sesuai pada kolom B,
dengan cara menempatkan huruf yang terdapat di muka jawaban pada kolom B pada
titik-titik yang disediakan pada kolom A.
Kolom A
|
Kolom B
|
1.
(….) Melindungi lensa mata
2.
(….) Menyaring kotoran dan udara yang masuk
3.
(….) Sebagai alat bantu bicara
4.
(….) Melumasi kulit agar tidak
kering
5.
(….) Menyeimbangkan tekanan udara
pada telinga bagian luar dengan telinga bagian tengah
|
a.
Bulu hidung
b.
Daun telinga
c.
Iris
d.
Kelenjar keringat
e.
Kelenjar minyak
f.
Kornea
g.
Lidah
h.
Saluran eustachius
|
Jawaban
Soal :
Kolom A
|
Kolom B
|
1. (F)
Melindungi lensa mata
2. (A) Menyaring kotoran dan udara yang masuk
3. (G)
Sebagai alat bantu bicara
4. (E)
Melumasi kulit agar tidak kering
5. (H)
Menyeimbangkan tekanan udara pada telinga bagian luar dengan telinga bagian
tengah
|
i.
Bulu hidung
j.
Daun telinga
k.
Iris
l.
Kelenjar keringat
m.
Kelenjar minyak
n.
Kornea
o.
Lidah
p.
Saluran eustachius
|
Kelebihan
tipe menjodohkan untuk materi Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) kelas IV SD semester
I dengan SK/KD tersebut diatas adalah dapat digunakan untuk menguji kemampuan
siswa mengenai dua hal, baik yang berhubungan langsung maupun tidak langsung,
selain itu juga memudahkan guru dalam proses penskoran karena dalam bentuk tes
objektif sehingga meminimalisir subjektivitas guru. Sedangkan kelemahan tipe
menjodohkan untuk materi IPA kelas IV SD semester I dengan SK/KD tersebut
diatas adalah bahwa tipe menjodohkan terlalu mengandalkan pada pengujian aspek
ingatan. Untuk mengatasi kelemahan tersebut maka dalam pembuatan butir soal
tipe menjodohkan harus dipersiapkan secara hati-hati.
E.
Pemberian skor
Skor
Mentah (raw score)
Dalam memberikan skor pada item tes bentuk ojektif ini kita
dapat menggunakan dua cara yaitu:
1) Tanpa bobot
Biasanya
digunakan bagi item yang belum diketahui tingkat kebaikannya. Caranya ialah
dengan menghitung jumlah jawaban yang betul saja. Setiap jawaban yang betul
diberi skor 1, dan jawaban yang salah diberi skor 0.
Jadi,
skor = jumlah jawaban yang betul.
2) Dengan bobot
Biasanya
rumus ini digunakan jika item-item tes itu sudah pernah diujicobakan dan
dilaksanakan sehingga dapat diketahui tingkat kebenarannya. Penggunaan rumus
tebakan ini bukan karena kita sudah mengetahui bahwa test itu menebak tetapi
karena tes bentuk objektif ini memang sangat memungkinkan test untuk menebak.
Adapun rumus-rumus tebakan tersebut adalah sebagai berikut:
Untuk
item bentuk menjodohkan
(matching)
Rumus:
S = SR x Wt
Keterangan
:
S = skor yang dicari
SR = jumlah jawaban yang benar
Wt = weight (bobot)
F. Kuis
1. B/S
Soal pada tes menjodohkan disusun secara homogen
2. B/S
Pilihan jawaban boleh disusun secara acak
3. B/S
Jumlah premise lebih banyak daripada jumlah response
4. B/S
untuk mengukur penguasaan yang bersifat pengertian kurang sesuai jika
menggunakan tipe soal menjodohkan
5. B/S
soal dan jawaban disusun dalam satu halaman
G. Jawaban Kuis
1. Benar,
karena sesuai dengan prinsip penyusunan tes menjodohkan bahwa soal disusun
secara homogen.
2. Salah,
karena penyusunan pilihan jawaban harus alfabetis.
3. Salah,
karena jumlah response harus lebih banyak dari jumlah premise.
4. Benar,
karena untuk mengukur penguasaan yang bersifat pengertian kurang sesuai jika
menggunakan tipe soal menjodohkan
5. Benar,
karena soal dan jawaban disusun dalam satu halaman
H.
Daftar Pustaka
Arifin, Zainal. 1990. Evaluasi Instruksional: Prinsip-Teknik-Prosedur. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Arikunto, Suharsimi. 1986. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Yogyakarta: Bina Aksara.
Basuki, Ismet dan
Hariyanto. 2014. Asesmen Pembelajaran.
Bandung:PT Remaja Rosdakarya.
Cangelosi, James. 1990. Designing Tests for Evaluating Student Achievement. New York:
Longman.
Jihad, Asep dan
Abdul Haris. 2012. Evaluasi Pembelajaran.
Yogyakarta:Multi Pressindo.
Sirait, Bistok.
1989. Bahan Pengajaran untuk Mata Kuliah Evaluasi Hasil Belajar Siswa.
Jakarta:Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan
Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.
Supratiknya, Agustinus. 2014. Pengukuran Psikologis. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.